REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Roman Abramovich resmi menjual Chelsea FC. Lewat situs resmi klub, ia menyatakan hal itu.
Ini buntut dari invasi Rusia terhadap Ukraina. Negeri Beruang merah dan para miliardernya yang dekat dengan pemerintahan, mendapat sanksi ekonomi dari berbagai pihak. Abramovich dikabarkan memiliki kedekatan dengan Presiden Vladimir Putin.
Asetnya juga terancam dibekukan oleh pemerintah Inggris. Termasuk the Blues. Sebelumnya ia menyerahkan kendali klub tersebut, ke yayasan amal Chelsea. Namun berujung kesulitan.
Alhasil, ia harus membuat keputusan. Ini demi kepentingan terbaik London Biru. Termasuk para penggemar, staff, sponsor dan partner klub.
Selama 19 tahun memiliki Chelsea, perusahaan induk Abramovich memberikan pinjaman senilai 1,5 miliar poundsterling. Ia enggan meminta kembali uang tersebut. Menurutnya, membiayai the Blues selama ini, bagian dari kecintaannya terhadap sepak bola dan tim.
"Saya telah menginstruksikan tim saya untuk menyiapkan yayasan amal. Semua keuntungan net penjualan akan didonasikan untuk korban perang di Ukraina," kata penguasaha berusia 55 tahun itu, dikutip dari situs resmi Chelsea FC.
Ia mengaku baru saja membuat keputusan sulit. Menyakitkan baginya ketika harus berpisah dengan cara seperti ini. Namun ia tetap harus mencari langkah solutif.
Abramovich merasa terhormat bisa menjadi bagian dari Chelsea. Sejak 2003, ia menjadi orang nomor satu di klub tersebut. Di eranya, the Blues meraih 19 trofi di berbagai kompetisi.
"Saya harap bisa mengunjungi Stamford Bridge untuk terakhir kalinya, untuk menyampaikan salam perpisahan pada kalian semua secara pribadi," ujarnya.
Sebuah perjalanan panjang mendekati masa purna. Namun, nama Abramovich akan terus tercatat dalam sejarah Chelsea. Seseorang yang membuat the Blues menjadi salah satu tim terbaik di jagad lapangan hijau.
"Terima kasih Roman. Pemilik klub, terbaik di dunia," demikian tulisan legenda hidup London Biru, John Terry di instagram miliknya, dikutip dari metro.co.uk.
Di bawah kepemilikan Abramovich, Terry tampil dalam 717 pertandingan di berbagai ajang. Ia memenangkan 15 trofi bergengsi sebagai kapten the Blues. Jelas, ia memiliki kedekatan emosi dengan sang miliarder.
Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel juga diminta bereaksi. Pertama-tama Tuchel merasa tidak berwenang untuk terlalu banyak berbicara. Ia bukan CEO atau jajaran direksi klub. Posisi mereka hanya menunggu informasi resmi yang akan disampaikan para petinggi, secara langsung.
"Ini berita besar. Ini akan membawa perubahan besar. Tetapi saya tidak pernah takut akan perubahan," kata juru taktik berkebangsaan Jerman itu, dikutip dari bbc.com.
Menurut Tuchel dirinya tak bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak berada di bawah kendalinya. Sebagai seorang pelatih, tugasnya hanya fokus pada tim. Kemudian berkonsentrasi dalam aktivitas sehari-hari di Cobham.
Ia tak menampik, telinganya mendengar desas-desus. Apalagi kabar tersebut mengenai klub yang dilatihnya. Ia kembali tegaskan, mereka hanya bisa menunggu.
"Berharap ada hal terbaik, dan lihat apa yang terjadi dalam beberapa hari ke depan," ujar Tuchel.
Pundit sepak bola asal Inggris, Gary Neville memuji dampak investor seperti Abramovic di negerinya. Itu menjadikan Liga Primer semakin kompetitif. Kehadiran para taipan membuat tim seperti Chelsea, Manchester City, mampu menandingi beberapa elite klasik yakni Manchester United, Liverpool serta Arsenal.
Pertanyaannya, siapa pemilik the Blues selanjutnya? Sejumlah nama muncul ke permukaan. Mereka harus menyediakan dana sebesar 3 miliar pounds (Rp 57,6 triliuan).
Pertama ada miliarder Swiss, Hansjorg Wyss. Kemudian penguasaha Pakistan, Javed Afridi. Tak ketinggalan orang terkaya Inggris pada 2018, Sir Jim Ratcliffe, penguasaha Amerika Serikat, Todd Boehly, penggagas International Champions Cup, Stephen Ross, serta petarung UFC (Ultimate Fighting Championship), Conor McGregor.