''FIFA akhirnya mengadopsi konsep turnamen kategori umur tersebut dan menginisiasi turnamen kategori umur sendiri dengan meluncurkan Piala DUnia U-16. Namun, untuk edisi pertama turnamen tersebut, yang digelar pada 1985, FIFA tidak menunjuk Singapura sebagai tuan rumah, melainkan Cina,'' lanjut laporan Strait Times tersebut.
Setelah turnamen itu digelar di tiga edisi awal, FIFA akhirnya meningkatkan batas usia dari 16 tahun menjadi 17 tahun. Dengan begitu, terhitung sejak 1991, turnamen tersebut disebut Piala Dunia U-17. Turnamen ini sekaligus menjadi level terbawah turnamen kategori umur yang berada di bawah kendali FIFA dengan embel-embel nama Piala Dunia FIFA, di bawah Piala Dunia U-20 dan Piala Dunia.
Terlepas dari berbagai manuver politik, terutama yang dilakukan FIFA, dalam sejarah pembentukannya, Piala Dunia U-17 kerap dianggap sebagai titian pertama para calon bintang sepak bola pada masa mendatang untuk bersaing di level lebih tinggi. Turnamen ini sekaligus menjadi kawah candradimuka pertama buat calon peepakbola profesional dengan menghadapi lawan-lawan dari berbagai belahan dunia lain.
Begitu pula sebagai ajang buat federasi sebuah negara dalam mengevaluasi kemampuan timnas junior hingga akhirnya bisa menyuplai pemain-pemain ke jenjang tim nasional yang lebih senior. Ide awal dari Ganesan soal pembentukan turnamen Lion City Cup, yang menginisiasi pembentukan Piala Dunia U-17, pun benar-benar terbukti.
Hingga kini, turnamen yang digelar tiap dua tahun sekali itu telah menginjak edisi ke-19. Brasil menjadi negara terakhir yang mampu merengkuh titel Piala Dunia U-17, tepatnya di edisi 2019.
Tidak hanya menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga bakal menjadi tuan rumah pertama turnamen tersebut setelah sempat vakum selama empat tahun akibat pandemi Covid-19.