Rabu 05 Jul 2023 17:23 WIB

Menjernihkan Perdebatan Soal Lapangan Sepak Bola Berstandar FIFA

Lapangan dengan rumput hybrid lazim digunakan di stadion-stadion besar Eropa.

Rep: Reja Irfa WIdodo/ Red: Israr Itah
Lapangan Stadion Wembley menggunakan rumput hybrid, yakni perpaduan rumput alami dengan rumput sintetis.
Foto:

Berbeda dengan penggunaan hybrid. Masa pakai permukaan lapangan jenis ini sekitar 8 hingga 10 jam per pekan. Bahkan, di jenis lapangan hybrid yang dibangun dengan model jahitan (stitch), umur pakai lapangan bisa mencapai lebih dari 20 jam per pekan dengan daya tahan mencapai lima tahun lebih. 

Sementara lapangan dengan rumput sintetis memiliki daya tahan pemaikaian yang lebih lama hingga 10 tahun lebih sebelum akhirnya digantikan dengan permukaan yang baru. Proses perawatan yang berkesinambungan dan terus terjaga ini ternyata menjadi salah satu elemen dari pertimbangan FIFA dalam menilai kelayakan sebuah lapangan permainan.

Secara umum, FIFA membagi tiga level sertifikasi kelayakan lapangan permainan, FIFA Quality Pro, FIFA Quality, dan FIFA Basic. Lapangan dengan sertifikasi FIFA Quality Pro didesain untuk digunakan oleh pemain profesional dengan tipe penggunaan hingga 20 jam per pekan. 

Sementara FIFA Quality merupakan permukaan lapangan yang didesain untuk pertandingan komunitas, rekreasional dengan rata-rata penggunaan 40 hingga 60 jam per pekan. Sementara di FIFA Basic, lapangan tersebut hanya memenuhi kriteria umum sebagai arena pertandingan sepak bola, tapi bukan pertandingan profesional.

Namun, untuk mendapatkan sertifikasi tersebut, lapangan-lapangan tersebut harus mengikuti dua fase pengujian oleh FIFA. Mulai dari pengujian produk di laboratorium hingga pengujian pemasangan tahap akhir. ''Dengan begitu, permukaan lapangan tersebut bisa memenuhi kriteria soal kinerja permainan, keselamatan untuk para pemain, daya tahan, dan kualitas,'' tulis pernyataan resmi FIFA.

Kedua fase pengujian tersebut memiliki sejumlah fokus utama, antara lain interaksi antara pemain dengan permukaan lapangan, interaksi antara bola dengan permukaan, komposisi produk yang ada di atas permukaan tersebut, ketahanan terhadap cuaca, kekuatan penahan antara rumput dengan permukaan, dan kesinambungan perawatan. 

''Dengan membandingkan hasil pengujian dua tes tersebut, Anda bisa yakin lapangan yang digunakan sudah memehuhi standari yang telah ditetapkan dalam program kualitas lapangan milik FIFA. Nantinya, FIFA akan memberikan sertifikasi ataupun penilaian, apakah lapangan tersebut termasuk FIFA Quality atau FIFA Quality Pro,'' lanjut pernyataan dari FIFA tersebut.

Itu artinya, sejauh apa perdebatan yang muncul, semuanya tetap kembali lagi kepada tim penguji FIFA. Mereka yang nanti menentukan lapangan mana yang layak digunakan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 di Indonesia. Bisa saja lapangan yang menggunakan rumput hybrid tak lolos jika dalam pemeliharaannya tidak sesuai standra, begitu pula sebaliknya untuk lapangan yang sepenuhnya menggunakan rumput alami.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement