Kamis 20 Oct 2022 16:15 WIB

Ketika Cinta Bersemi dari Audisi

Bagi Maria, ajang audisi tersebut bisa dibilang memiliki kenangan manis

Rep: Nurul S Hamami/ Red: Muhammad Akbar
Maria Krisitin Yulianti
Foto: Nurul S Hamami/Republika
Maria Krisitin Yulianti

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Maria Krisitin Yulianti. Masih ingat? Publik bulu tangkis Tanah Air pasti sudah gak asing lagi. Dialah perebut medali perunggu tunggal putri Olimpiade Beijing 2008.

Maria tercatat sebagai pemain tunggal putri terakhir Indonesia yang mampu menyumbang medali bagi Kontingen Merah Putih di ajang bergengsi Olimpiade. Setelah itu, di 2012, 2016, dan 2020 (jadwal berubah ke 2021) tak ada lagi pemain tunggal putri nasional yang berkalung medali.

Sebelum Maria, ada Susy Susanti yang merebut medali emas di Olimpiade Barcelona 1992 dan perunggu di Atlanta 1996. Lalu, Mia Audina menambah koleksi medali Indonesia di arena Olimpiade ketika merebut perak di Atlanta.

Mia memang masih mampu merebut medali perak di Olimpiade Athena 2004. Namun, kala itu dia sudah berpaspor Belanda.

Lama tak kelihatan batang hidungnya, Maria pada Selasa (18/10) sore lalu nongol di ajang Audisi Umum Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum 2022 di GOR Djarum, Jati, Kudus.

Bersama legenda bulu tangkis Indonesia yang lain di antaranya Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hariyanto Arbi, Sigit Budiarto, Fung Permadi, Alan Budikusuma, Susy, Yuni Kartika, dia ditunjuk oleh PB Djarum sebagai pemantau peserta audisi yang memiliki potensi menjadi pemain andal.

Bagi Maria, ajang audisi tersebut bisa dibilang memiliki kenangan manis tersendiri. Dari situlah cinta bersemi dengan seorang lelaki yang akhirnya menjadi suaminya, Andri Setianto.

Setelah setahun menjalani pacaran jarak jauh, keduanya memutuskan menikah pada 2016 lalu. Maria dan Andri terpaksa menjalani “long distance relationship” karena terpisah oleh jarak yang jauh. Kala itu Maria menetap di Kudus sebagai pelatih di PB Djarum, sementara Andri di Jakarta.

“Ya pacarannya telepon-teleponan aja,” kata Maria ketika berbincang dengan Republika di sela-sela audisi. “Tadinya biasa-biasa aja, tapi ya namanya jodoh ya. Akhirnya kami serius dan menikah setahun setelahnya,” tambahnya.

Bermula dari Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015. Kisah cinta keduanya menemukam jalannya. Kala itu Maria yang sudah menjadi pelatih di PB Djarum adalah salah satu anggota tim pencari bakat di audisi, sedangkan Andri adalah kameraman program “Kita Bisa” dari Kompas TV.

Perkenalan pun terjadi. “kebetulan saya juga sudah ada yang kenal dengan kru dari Kompas-nya,” kata Maria, mengenang awal cintanya dengan Andri.

Singkat cerita, setelah melalui masa-masa pendekatan oleh Andri dan kemudian “jadian”, keduanya pun naik pelaminan pada 2016. “Pacarannya setahun aja. Gak seperti anak-anak ABG sekarang hehehe. Ketemuannya aja gak sebulan sekali, tergantung pas waktunya kosong.”

Dari pernikahan itu Maria dan Andri dikaruniai dua buah hati, Maria Prisha Swastika (4 tahun) dan Nathanael Shankara Abinaya (2 tahun).

“Anak belum secara khusus saya arahkan untuk menjadi pebulu tangkis juga. Baru pegang-pegang taket aja,” ungkap Maria. “Tapi, saya dan suami ga akan memaksa anak-anak mengikuti jejak saya.”

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement