Rabu 26 Jul 2023 06:48 WIB

Ini Sosok Nouhailla Benzina, Satu-Satunya Pemain Berhijab di Piala Dunia Wanita 2023

Nouhailla Benzina masih menunggu kesempatan bermain.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pemain timnas wanita Maroko Nouhaila Benzina  saat memasuki lapangan seusai laga vs Jerman di Grup H Piala Dunia 2023 di Melbourne, Australia, Senin (24/7/2023).
Foto: EPA-EFE/JAMES ROSS
Pemain timnas wanita Maroko Nouhaila Benzina saat memasuki lapangan seusai laga vs Jerman di Grup H Piala Dunia 2023 di Melbourne, Australia, Senin (24/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Keberhasilan Timnas putra Maroko melaju ke babak semifinal menjadi kejutan tersendiri saat Piala Dunia 2022 digelar di Qatar, akhir tahun lalu. Maroko menjadi tim asal Afrika yang mampu bertahan di empat besar turnamen sepak bola paling bergengsi sejagat tersebut.

Namun, torehan sejarah tidak hanya diukir oleh timnas sepak bola putra Maroko. Catatan impresif juga ditunjukan timnas putri Maroko di gelaran Piala Dunia Wanita 2023. Mengakhiri babak kualifikasi di babak semifinal, Maroko berhak tampil di putaran final Piala Dunia Wanita 2023.

Baca Juga

Lionenes of Atlas, julukan timnas putri Maroko, menjadi tim asal Arab dan Afrika Utara pertama yang tampil di putaran final Piala Dunia Wanita. Maroko pun datang ke Australia-Selandia Baru, tuan rumah Piala Dunia Wanita 2023, sebagai tim debutan.

Dari 23 pemain yang memperkuat Timnas Maroko di Piala Dunia Wanita 2023, terselip nama Nouhaila Benzina. Pemain bertahan berusia 25 tahun itu terlihat berbeda dari rekan-rekan setimnya atau bahkan dibandingkan semua pemain yang berkiprah di Piala Dunia 2023. Benzina menjadi satu-satunya pemain yang mengenakan hijab di gelaran Piala Dunia Wanita 2023.

Benzina berpeluang besar menjadi pemain berhijab pertama yang merumput di putaran final Piala Dunia Wanita. Pun dengan pemain berhijab pertama yang tampil di level senior turnamen FIFA. Sayangnya, Benzina hanya menjadi penghangat bangku cadangan saat Maroko dicukur Jerman, 0-6, di laga pembuka penyisihan Grup H, Senin (24/7/2023) waktu setempat.

Kendati begitu, peluang Benzina untuk menorehkan sejarah baru di Piala Dunia Wanita tetap terbuka. Pasalnya, Maroko masih harus melakoni dua laga sisa di penyisihan Grup H. Bukan tidak mungkin, Benzina akan diturunkan saat Maroko berduel dengan Korea Selatan di Stadion Hindmarsh, Adelaide, Ahad (30/7/2023) waktu setempat.

Apabila nantinya dipercaya merumput, Benzina akan menjadi tonggak sejarah baru dalam penggunaan hijab di pentas sepak bola. Benzina dinilai dapat menjadi simbol penerimaan sepak bola terhadap perempuan-perempuan berhijab. Hijab akhirnya tidak lagi menjadi batasan buat perempuan untuk bisa menjadi pesepakbola profesional.

''Para perempuan (berhijab) akan melihat Benzina dan berpikir,'saya bisa saja berada di situ'. Hal ini juga berlaku untuk para pengambil kebijakan. Mereka akan berpendapat,'kami harus melakukan sesuatu yang lebih agar olahraga ini bisa terbuka untuk perempuan dan para gadis (berhijab). Itu dapat memberikan pesan yang kuat,'' ujar salah satu pendiri Muslim Women in Sport Network, Assmaah Helal, seperti dikutip Associated Press, Rabu (26/7/2023).

Penggunaan hijab untuk pesepakbola wanita sempat menjadi sorotan tersendiri. Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) sempat melarang penggunaan penutup kepala, termasuk hijab, lantaran alasan keselamatan dan kesehatan. Langkah ini sebagai respon FIFA saat wasit melarang pemain berusia 11 tahun mengenakan hijab dalam sebuah pertandingan level klub di Kanada.

Akibat larangan ini, Timnas sepak bola putri Iran memilih untuk mundur dalam babak kualifikasi Olimpiade London 2012, kontra Yordania, pada 2011 silam. Saat itu, pelatih timnas putri Iran tidak mau memaksa anak-anak asuhnya untuk melepas hijab demi bisa sesuai dengan regulasi FIFA tersebut.

Akhirnya, pada 2012, FIFA memberikan kesempatan pada Federasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk melakukan //trial// selama dua tahun terkait penggunaan hijab di kompetisi internasional. FIFA kemudian mencabut larangan penggunaan hijab itu secara penuh pada 2014. 

Dua tahun pasca pencabutan tersebut, Timnas putri Yordania menjadi tim pertama yang mengenakan hijab di kompetisi internasional, tepatnya saat tampil di Piala Dunia U-17. Itu menjadi pertama kalinya pemain berhijab merumput di kompetisi internasional di bawah besutan FIFA, namun bukan di level senior, melainkan di level umur.

Sejak pencabutan larangan penggunaan hijab tersebut, Helal mengungkapkan ada kecenderungan peningkatan para muslimah untuk tertarik bermain sepak bola. ''Saya rasa, hal itu adalah titik kunci untuk memahami, hijab adalah bagian penting dalam kehidupan perempuan muslim. Dia memilih untuk menggunakannya. Hal itu adalah bagian dari identitas perempuan muslim,'' kata Helal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement