Kamis 23 Nov 2023 09:29 WIB

Klub-Klub Inggris Gagal Penuhi Target Keberagaman Etnis dan Gender

FA menyiapkan langkah strategis untuk memacu pemenuhan target ini.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Israr Itah
Liga Primer Inggris
Foto: Wikipedia
Liga Primer Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Direktur Eksekutif Federasi Sepak Bola Inggris (FA), Mark Bullingham, mengungkapkan, sebanyak total 53 klub di pentas Liga Primer Inggris dan English Football League (EFL) gagal memenuhi target tahunan keberagaman etnis dan gender. FA menyiapkan langkah strategis untuk memacu pemenuhan target ini.

Meski ada beberapa klub yang mampu menemuhi target tersebut, tapi secara kolektif, klub-klub tersebut gagal memenuhi target keberagaman etnis dan gender pada musim 2022/2023. Hal ini berdasarkan hasil temuan terakhir dalam daftar pegawai dan staff di klub-klub tersebut.

Baca Juga

''Kemajuan mungkin sudah dicapai dalam beberapa aspek, tapi tenaga kerja di sepak bola profesional Inggris belum mencerminkan tingkat keberagaman etnis dan gender. Tingkat perekrutan saat ini tidak cukup tinggi untuk bisa mendorong perubahan cepat tersebut,'' kata Bullingham seperti dikutip Reuters, Kamis (23/11/2023).

Pada 2020 silam, sebanyak 53 klub, baik dari kompetisi Liga Primer Inggris, EFL, serta dua kompetisi teratas sepak bola putri di Inggris sepakat menandatangani Kode Keberagaman dan Kepemimpinan Sepak Bola Inggris. Kode ini diharapkan bisa mendorong peningkatan kesetaraan kesempatan lewat perekrutan berbagai talenta untuk mengisi jajaran direksi klub, operasional tim, dan pelatih.

Dengan menandatangani kode tersebut, klub-klub tersebut sepakat secara bertahan meningkatkan tingkat keberagaman etnis dan gender, termasuk dengan adanya 15 persen jajaran direktur eksekutif klub diharapkan ditempati oleh warga kulit hitam, keturunan Asia, Begitu pula dengan harapan 30 persen dari jajaran direksi klub tersebut ditempati oleh perempuan.

Namun, berdasarkan penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu 1 Agustus 2022 hingga 31 Juli 2023, klub-klub tersebut secara kolektif belum memenuhi sejumlah target tersebut. FA menyebut, setidaknya dalam tiga tahun, tingkat perekrutan pegawai atau staff dengan latar belakang etnis dan perempuatn mengalami kemandekan.

Untuk itu, FA berencana untuk mewajibkan klub-klub tersebut untuk memberikan laporan data pegawai dan staff secara berkala atau tiap dua tahun sekali. Laporan data pegawai dan staff di klub tersebut termasuk soal keterangan usia, jenis kelamin, dan etnis. ''Untuk bisa meningkatkan tingkat perubahan itu, kami harus terus berkembang,'' tutur Bullingham.

Sementara Direktur Eksekutif Kick It Out, Tony Burnett, menilai, FA perlu mengatur seperangkat sanksi terhadap klub-klub yang tidak kunjung memenuhi target tersebut. Kewajiban pelaporan data pegawai dan staff klub secara berkala, ujar Burnett, dapat menjadi langkah awal dalam penerapan sanksi tersebut.

''Kita juga memerlukan sanksi buat klub-klub yang terus gagal memenuhi target keberagamaan tersebut. Tentu saja, sanksi tersebut harus disetujui oleh semua pihak, mulai dari FA dan otoritas kompetisi. Tanpa komitmen tersebut, kita tidak akan benar-benar tahu seberapa besar tantangan atau solusi untuk bisa mendorong olahraga ini bisa lebih representatif buat semua pihak yang mencintainya,'' tutur Burnett.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement